Minggu, 30 Maret 2008 Modern Dancer |
|
,- Sorak sorai penonton yang sebagian besar adalah pelajar menggema ke hampir seluruh area lapangan Basket SMA Ptra Dharma. Bayangin aja kalo para pelajar cewek remaja dan ABG, bergerak lincah seiring dentuman musik, yang kemudian satu persatu berliuk-liuk tanpa suatu komando. penonton yang tidka lain adalah rekan-rekan sekolah mereka telah lama memasang mata, sontak menjadi agak histeris. Begitulah kira-kira hebohnya Modern Dance, yang merupakan aksi dari kegiatan ektra kurikuler pelajar SMA Patra Dharma Balikpapan yang tergabung Smaradha Dance. Menariknya, aksi para dancer yang yang masih belia dan cantikcantik ini sedikit yang melakukan kesalahan. Entah karena benar-benar sudah terlatih atau emang sudah biasa tampil di atas panggung, mengingat umumnya mereka terbiasa beraksi dan berlatih di sekolah dan terkadang berlatih di rumah salah seorang anggota secara bergantian. “Kita sering berlatih meskipun di sekolah ada waktu sendiri untuk beratih, tapi kita juga berlatih dirumah secara bergantian,” ungkap Rere sang leader. Tapi hal tersebut tak menyurutkan semangat para dancer yang sengaja berpakaian seksi itu untuk tampil maksimal dan memukau para penonton yang mayoritas berusia muda. Tak hanya para dancer yang seksi-seksi ini saja yang bikin heboh tapi juga kreatifitas gerakan tari mereka yang juga bisa merebut perhatian penonton karena bisa tampil atraktif.(can) Smaradha Dance Kenapa sih namanya Smaradha Dance, jadi dulu tiap anggotanya punya team masing-masing. karena teamnya ngga jelas, para leadernya akhirnya bikin team yang solid banget!! (Soalnya pada niat nari semuaaa..) “Waduuhhh.. Sebenernya susah lho.. nyari orang-orang kaya kita gini yang niat abis ngeDANCE!! Jadi otomatis kalo latian semua pada bisa dateng! kita biasa latian di sekolah, tepatnya di SMA Patra Dharma meskipun hanya satu kali dalam se Minggu, tapi kita malah sering latihan di rumah,” celetuk Maya. Smaradha Dance itu paling seneng disuruh latian! Meskipun ada yang ngga ngebolehin latian dia tetep kabur buat latian, trus ada yang rumahnya agak jauh dibela-belain ngesot sampe tempat latian, trus ada yang paling cutek abis bisa dibilang paling aneh dari semuanya dia juga paling seneng latian.. “Jadi kita semua ini bener-bener usaha buat menjadi team yang terbaik. Makanya kami selalu menanamkan rasa kebersamaan agar tiap tampil selalu kompak dan padu, asik juga kan,” timpal Riska yang negbuat teman-temannya makin percaya diri. Cita – cita Smaradha Dance nyampe dimana sih ? yag jelas para cewek-cewek jelita ini pengen terus eksis nyampe mereka duduk dibangku kuliah, meski saat ini mereka tetap fokus dengan kegiatan yang satu ini. “Jadi kita semua pengen di taun 2008 semakin sukses dan semakin banyak prestasi!! Sambut Rere mewakili rekan-rekannya. menurut Citra mengapa dirinya lebih memilih Modern Dance sebagai pilihan dalam menyalurkan kreatifitasnya di sekolah, cewek yang satu ini ga neko-noko negjawab kenapa kok suka neg dance. “Abisnya aku emang suka banget sih ama yang namanya menari, makanya aku tekunin dance ini di sekolah, aku hobi banget deh,” ucapnya. Hal yang sama rupanya menjadi pijakan mengapa pelajar cewek ini demen banget ama dance nyampe mereka pada mau terus eksis ama dunia yang satu ini hingga mereka nanti di bangku kuliah. Untuk mengembangkan improvisasi dan gaya dalam dance, kan juga butuh yang namanya koreografer. Emang Smaradha Dance juga perlu yang namanya koreografer. Menurut Maya didalam penataan tari, koreografer adalah penting oleh karena mereka adalah sebagai kreator dalam memenuhi keperluan estetik masyarakat sebagai penikmat seni. karena modern dance adalah garapan baru dibentuk oleh koreografer dan ia adalah pemilik individu Sedangkan pada tari tradisional dibuat secara bersama bahkan tidak diketahui siapa penciptanya . Ditemui kenyataan bahwa, tari tradisional sering di jadikan sebagai bahan berpijak untuk berkoreografi dalam melahirkan karya tari baru . Lebih jelas< |
|
Senin, 02 Juni 2008
modern dance dari metro balikpapan
kita juga bisa bikin perubahan di ambil dari kompas
Kita Juga Bisa Bikin Perubahan
Enggak cuma institusi atau lembaga yang bisa bikin perubahan. Kita para remaja pun bisa. Termasuk yang masih berstatus pelajar sekolah sekalipun.
Kita mungkin enggak terlalu peduli dengan perubahan yang dilakukan oleh Kompas. Tetapi enggak begitu halnya dengan para pengamat media dari dalam dan luar negeri.
Why change when you are the market leader?†begitu salah satu pertanyaan pakar yang dikutip dari sebuah tulisan di Kompas. Para pengamat merasa heran, mengapa surat kabar yang sudah menjadi pemimpin pasar berani melakukan perubahan.
Kutipan pertanyaan di atas bisa dibilang bukan hal yang aneh. Sesuatu yang telah dianggap mapan bisa jadi akan berisiko kalau diubah. Bagaimana kalau hasil dari perubahan ini nantinya malah enggak sesuai dengan yang diinginkan? Padahal perubahan yang dilakukan menyangkut soal image dan prestasi yang telah diraih sebelumnya.
Ini saatnya siswa kelas II
So, kenapa harus berubah? Jawabannya sih gampang aja, biar selalu up to date!
Yap, mestinya sih kita sendiri sadar kalau zaman memang mengalami perubahan. Malah perubahan yang terjadi enggak dalam jangka waktu yang lama, melainkan terjadi dengan cepat. Enggak heran tren baru selalu bermunculan, baik yang kita sadari maupun yang enggak kita sadari.
Kita para remaja pun sebenarnya juga selalu melakukan perubahan. Enggak percaya? Contoh gampangnya perubahan yang berhubungan dengan trenlah. Kita pasti enggak mau dicap ketinggalan zaman atau kuno. Nah, terbukti kan kalau perubahan itu enggak cuma dilakukan oleh instansi atau lembaga tertentu aja?
Ngomong soal ngikutin tren, perubahan yang kita buat mestinya tidak baru sekali ini kita lakukan. Karena toh dapat kita lakukan kapan saja. Tetapi selain berubah demi tren, ada satu ide perubahan lain yang lebih menantang. Kita yang masih berstatus pelajar SMA mestinya juga melakukan perubahan buat sekolah kita.
Jangan keburu mengerutkan kening dulu. Yang dimaksud bukanlah mengubah aturan atau sistem di sekolah. Yang ini nyaris tak mungkin dilakukan meski kita punya ide atau konsep sekeren apa pun. Perubahan yang bisa kita lakukan lebih kepada berbagai kegiatan di luar belajar-mengajar.
Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam ekstrakurikuler (ekskul) adalah obyek yang sangat mungkin diubah. Tujuannya supaya ekskul kita bisa lebih berkembang dan meraih prestasi. Bangga dong, kalau ekskul yang kita ikutin dikenal sampai ke luar sekolah?
Sekarang siapa yang punya peran buat bikin perubahan terhadap kegiatan ekskul? Yang jelas sih bukan para siswa kelas I. Karena baru memasuki tahun ajaran baru, siswa-siswa kelas I tentu masih menjadi pendatang baru di sekolah. Sehingga, mereka belum paham seluk-beluk dunia SMA.
Siswa kelas III juga tampaknya tak mungkin memegang peranan di sini. Perhatian mereka sudah enggak lagi tercurah pada kegiatan ekskul. Selain bakal menghadapi ujian akhir buat menentukan kelulusan, biasanya tenaga dan pikiran mereka lebih terfokus pada event sekolah yang berskala besar kayak pensi. So, enggak ada pilihan lain, yang harus tampil ke muka adalah para siswa kelas II.
Emang bener. Sekarang ini adalah saatnya bagi para siswa kelas II buat unjuk diri. Sebab, waktu dan kesempatan yang dimiliki lebih banyak. Kesibukan pada pelajaran belum terlalu banyak menyita waktu. Selain itu, kepengurusan ekskul mestinya sudah jadi tanggung jawab para siswa kelas II. Inilah yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Ekskul sampai OSIS
Sebenarnya enggak susah kok ngembangin ekskul. Asal kita punya niat dan ide-ide yang fresh, pasti bisa. Apa yang selama ini belum pernah dilakukan bisa diusahakan. Program-program ekskul yang sudah ada tentunya bisa dikembangkan agar lebih menarik dan mantap. Atau sekalian bikin program baru yang lebih asyik dan berbeda dari program yang sudah ada sebelumnya.
Sebagai contoh, teman-teman kita di beberapa SMA sudah melakukan perubahan ini. Salah satunya adalah SMA 47, Jakarta Selatan. Teman-teman kita siswa kelas II di sekolah ini bisa bikin ekskul Karya Ilmiah Remaja (KIR) jadi sorotan. Terutama buat teman-teman yang seangkatan. Caranya adalah dengan membuat temuan yang inovatif.
Belum lama ini ekskul KIR SMA 47 berhasil menjadi juara pertama lomba KIR yang digelar oleh Dinas Pemuda dan Olah Raga. Temuan mereka yang berupa alat bernama Seismobile dianggap sebagai temuan yang sangat bermanfaat. Idenya adalah sebuah alat buat memantau gempa. Hebatnya, kegunaan yang begitu besar dihasilkan lewat sistem yang sangat sederhana.
Tapi yang paling penting, dengan menjadi pemenang, ekskul KIR SMA 47 mulai diperhatiin oleh siswa SMA 47 lainnya. Maklum selama ini ekskul tersebut kurang mendapat tanggapan dari mereka.
â€Sejak (KIR) jadi juara lomba, mulai banyak yang ngasih respons. Sebelumnya enggak ada sama sekali yang merhatiin. Emang sih ekskul ini sebenernya enggak menarik minat buat anak-anak sekarang. Apalagi yang sukanya gaul-gaul gitu. Tapi akhirnya banyak yang melihat kalo ekskul ini sebenernya menarik,†begitu kata Anjar, siswa Kelas II SMA 47 yang jadi salah satu tim pemenang lomba KIR.
Awalnya sih Anjar enggak jauh beda sama mayoritas temen-temennya. Ekskul KIR dianggap sama sekali enggak menarik. Dari segi kegiatan cenderung membosankan. Tapi berkat kemauan yang keras, dipicu oleh adanya lomba yang harus diikuti, bersama sejumlah temannya, Anjar berhasil bikin perubahan buat ekskul KIR SMA 47.
Contoh lainnya seperti yang dilakukan teman-teman kita yang tergabung dalam kelompok modern dance Temptation. Mereka bukan cewek, melainkan para cowok yang suka nge-dance. Mereka ini terdiri atas siswa Kelas II SMA 22 dan SMA 78 Jakarta.
Sejumlah perubahan berhasil mereka lakuin. Yang pertama soal keberanian buat ikutan ekskul modern dance di sekolah. Selama ini ekskul tersebut memang didominasi oleh para siswi. Tetapi karena dasarnya hobi nge-dance, mereka pun enggak melihat ada masalah kalau cowok ikutan ekskul dance.
Setelah ikutan ekskul dance, ternyata mereka malah berhasil meraih prestasi. Mereka berhasil memenangi sejumlah lomba yang mereka ikuti. Akibatnya, temen-temen cowok yang tadinya cuma memandang sebelah mata, mulai memberikan respons yang bagus.
Mereka juga enggak cuma mendapat respons dari temen-temen mereka sendiri. Respons dari pihak luar pun enggak kalah banyaknya. Sudah beberapa kali grup modern dance mereka mendapat undangan buat tampil di berbagai event. Jadi selain nama jadi lebih dikenal, mereka pun bisa mendapat penghasilan yang lumayan.
Kami berusaha nunjukin kalo hobi kami ini asyik dan bermanfaat. Pokoknya kami nunjukin kalo cowok tuh bisa nge-dance, bisa berprestasi, dan enggak malu-maluin, tegas Billy, dari SMA 22.
Dua contoh di atas kayaknya layak dijadikan gambaran perubahan yang bisa kita lakukan. Ekskul bisa jadi titik awalnya. Tapi yang jelas enggak terbatas sampai di situ aja. Perubahan yang lebih terasa buat sekolah pun bisa dilakukan. Ingat, sebagai siswa kelas II kita bisa menjalani fungsi badan eksekutif di sekolah. Yup, dengan kata lain kita bisa menjadi anggota OSIS.
OSIS sebagai organisasi yang mengatur kegiatan siswa sebenarnya sangat bisa melakukan perubahan. Lihat aja dari fungsinya yang membawahi sejumlah ekskul dan merancang kegiatan siswa yang lingkupnya lebih besar. Ide pembentukan ekskul baru bisa digulirkan dari sini. Atau kalau yang udah pernah dilakukan oleh temen-temen kita dari OSIS SMA 91 adalah membuat sistem pemilu OSIS yang baru.
Kami bosan pake cara-cara yang sama tiap tahunnya. Apalagi pengambilan suara berdasarkan MPK kurang demokratis. Enggak semua siswa bisa memilih, jelas Cessna, yang waktu itu masih kelas II dan menjabat sebagai Wakil Ketua OSIS SMA 91.
Sistem yang baru ini mengadaptasi dari sistem pemilu yang dilakukan negara. Para siswa diberikan hak suara langsung buat memilih pengurus OSIS. Pelaksanaannya pun enggak jauh beda dengan sistem pemilu nasional. Buntutnya sistem seperti ini mendapat sambutan yang cukup antusias dari siswa-siswi SMA 91.
Menurut gue, pemilihan ketua OSIS pake cara ini lebih seru dan kreatif, kata Radi, salah satu siswa SMA 91.
Nah para siswa kelas II, sekaranglah saatnya melakukan sesuatu. Manfaatkan kesempatan yang sudah terbuka lebar dengan ide-ide baru. Perubahan yang dibikin nantinya enggak cuma berguna buat sekolah, tapi buat diri kita sendiri juga.
Enggak cuma institusi atau lembaga yang bisa bikin perubahan. Kita para remaja pun bisa. Termasuk yang masih berstatus pelajar sekolah sekalipun.
Kita mungkin enggak terlalu peduli dengan perubahan yang dilakukan oleh Kompas. Tetapi enggak begitu halnya dengan para pengamat media dari dalam dan luar negeri.
Why change when you are the market leader?†begitu salah satu pertanyaan pakar yang dikutip dari sebuah tulisan di Kompas. Para pengamat merasa heran, mengapa surat kabar yang sudah menjadi pemimpin pasar berani melakukan perubahan.
Kutipan pertanyaan di atas bisa dibilang bukan hal yang aneh. Sesuatu yang telah dianggap mapan bisa jadi akan berisiko kalau diubah. Bagaimana kalau hasil dari perubahan ini nantinya malah enggak sesuai dengan yang diinginkan? Padahal perubahan yang dilakukan menyangkut soal image dan prestasi yang telah diraih sebelumnya.
Ini saatnya siswa kelas II
So, kenapa harus berubah? Jawabannya sih gampang aja, biar selalu up to date!
Yap, mestinya sih kita sendiri sadar kalau zaman memang mengalami perubahan. Malah perubahan yang terjadi enggak dalam jangka waktu yang lama, melainkan terjadi dengan cepat. Enggak heran tren baru selalu bermunculan, baik yang kita sadari maupun yang enggak kita sadari.
Kita para remaja pun sebenarnya juga selalu melakukan perubahan. Enggak percaya? Contoh gampangnya perubahan yang berhubungan dengan trenlah. Kita pasti enggak mau dicap ketinggalan zaman atau kuno. Nah, terbukti kan kalau perubahan itu enggak cuma dilakukan oleh instansi atau lembaga tertentu aja?
Ngomong soal ngikutin tren, perubahan yang kita buat mestinya tidak baru sekali ini kita lakukan. Karena toh dapat kita lakukan kapan saja. Tetapi selain berubah demi tren, ada satu ide perubahan lain yang lebih menantang. Kita yang masih berstatus pelajar SMA mestinya juga melakukan perubahan buat sekolah kita.
Jangan keburu mengerutkan kening dulu. Yang dimaksud bukanlah mengubah aturan atau sistem di sekolah. Yang ini nyaris tak mungkin dilakukan meski kita punya ide atau konsep sekeren apa pun. Perubahan yang bisa kita lakukan lebih kepada berbagai kegiatan di luar belajar-mengajar.
Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam ekstrakurikuler (ekskul) adalah obyek yang sangat mungkin diubah. Tujuannya supaya ekskul kita bisa lebih berkembang dan meraih prestasi. Bangga dong, kalau ekskul yang kita ikutin dikenal sampai ke luar sekolah?
Sekarang siapa yang punya peran buat bikin perubahan terhadap kegiatan ekskul? Yang jelas sih bukan para siswa kelas I. Karena baru memasuki tahun ajaran baru, siswa-siswa kelas I tentu masih menjadi pendatang baru di sekolah. Sehingga, mereka belum paham seluk-beluk dunia SMA.
Siswa kelas III juga tampaknya tak mungkin memegang peranan di sini. Perhatian mereka sudah enggak lagi tercurah pada kegiatan ekskul. Selain bakal menghadapi ujian akhir buat menentukan kelulusan, biasanya tenaga dan pikiran mereka lebih terfokus pada event sekolah yang berskala besar kayak pensi. So, enggak ada pilihan lain, yang harus tampil ke muka adalah para siswa kelas II.
Emang bener. Sekarang ini adalah saatnya bagi para siswa kelas II buat unjuk diri. Sebab, waktu dan kesempatan yang dimiliki lebih banyak. Kesibukan pada pelajaran belum terlalu banyak menyita waktu. Selain itu, kepengurusan ekskul mestinya sudah jadi tanggung jawab para siswa kelas II. Inilah yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Ekskul sampai OSIS
Sebenarnya enggak susah kok ngembangin ekskul. Asal kita punya niat dan ide-ide yang fresh, pasti bisa. Apa yang selama ini belum pernah dilakukan bisa diusahakan. Program-program ekskul yang sudah ada tentunya bisa dikembangkan agar lebih menarik dan mantap. Atau sekalian bikin program baru yang lebih asyik dan berbeda dari program yang sudah ada sebelumnya.
Sebagai contoh, teman-teman kita di beberapa SMA sudah melakukan perubahan ini. Salah satunya adalah SMA 47, Jakarta Selatan. Teman-teman kita siswa kelas II di sekolah ini bisa bikin ekskul Karya Ilmiah Remaja (KIR) jadi sorotan. Terutama buat teman-teman yang seangkatan. Caranya adalah dengan membuat temuan yang inovatif.
Belum lama ini ekskul KIR SMA 47 berhasil menjadi juara pertama lomba KIR yang digelar oleh Dinas Pemuda dan Olah Raga. Temuan mereka yang berupa alat bernama Seismobile dianggap sebagai temuan yang sangat bermanfaat. Idenya adalah sebuah alat buat memantau gempa. Hebatnya, kegunaan yang begitu besar dihasilkan lewat sistem yang sangat sederhana.
Tapi yang paling penting, dengan menjadi pemenang, ekskul KIR SMA 47 mulai diperhatiin oleh siswa SMA 47 lainnya. Maklum selama ini ekskul tersebut kurang mendapat tanggapan dari mereka.
â€Sejak (KIR) jadi juara lomba, mulai banyak yang ngasih respons. Sebelumnya enggak ada sama sekali yang merhatiin. Emang sih ekskul ini sebenernya enggak menarik minat buat anak-anak sekarang. Apalagi yang sukanya gaul-gaul gitu. Tapi akhirnya banyak yang melihat kalo ekskul ini sebenernya menarik,†begitu kata Anjar, siswa Kelas II SMA 47 yang jadi salah satu tim pemenang lomba KIR.
Awalnya sih Anjar enggak jauh beda sama mayoritas temen-temennya. Ekskul KIR dianggap sama sekali enggak menarik. Dari segi kegiatan cenderung membosankan. Tapi berkat kemauan yang keras, dipicu oleh adanya lomba yang harus diikuti, bersama sejumlah temannya, Anjar berhasil bikin perubahan buat ekskul KIR SMA 47.
Contoh lainnya seperti yang dilakukan teman-teman kita yang tergabung dalam kelompok modern dance Temptation. Mereka bukan cewek, melainkan para cowok yang suka nge-dance. Mereka ini terdiri atas siswa Kelas II SMA 22 dan SMA 78 Jakarta.
Sejumlah perubahan berhasil mereka lakuin. Yang pertama soal keberanian buat ikutan ekskul modern dance di sekolah. Selama ini ekskul tersebut memang didominasi oleh para siswi. Tetapi karena dasarnya hobi nge-dance, mereka pun enggak melihat ada masalah kalau cowok ikutan ekskul dance.
Setelah ikutan ekskul dance, ternyata mereka malah berhasil meraih prestasi. Mereka berhasil memenangi sejumlah lomba yang mereka ikuti. Akibatnya, temen-temen cowok yang tadinya cuma memandang sebelah mata, mulai memberikan respons yang bagus.
Mereka juga enggak cuma mendapat respons dari temen-temen mereka sendiri. Respons dari pihak luar pun enggak kalah banyaknya. Sudah beberapa kali grup modern dance mereka mendapat undangan buat tampil di berbagai event. Jadi selain nama jadi lebih dikenal, mereka pun bisa mendapat penghasilan yang lumayan.
Kami berusaha nunjukin kalo hobi kami ini asyik dan bermanfaat. Pokoknya kami nunjukin kalo cowok tuh bisa nge-dance, bisa berprestasi, dan enggak malu-maluin, tegas Billy, dari SMA 22.
Dua contoh di atas kayaknya layak dijadikan gambaran perubahan yang bisa kita lakukan. Ekskul bisa jadi titik awalnya. Tapi yang jelas enggak terbatas sampai di situ aja. Perubahan yang lebih terasa buat sekolah pun bisa dilakukan. Ingat, sebagai siswa kelas II kita bisa menjalani fungsi badan eksekutif di sekolah. Yup, dengan kata lain kita bisa menjadi anggota OSIS.
OSIS sebagai organisasi yang mengatur kegiatan siswa sebenarnya sangat bisa melakukan perubahan. Lihat aja dari fungsinya yang membawahi sejumlah ekskul dan merancang kegiatan siswa yang lingkupnya lebih besar. Ide pembentukan ekskul baru bisa digulirkan dari sini. Atau kalau yang udah pernah dilakukan oleh temen-temen kita dari OSIS SMA 91 adalah membuat sistem pemilu OSIS yang baru.
Kami bosan pake cara-cara yang sama tiap tahunnya. Apalagi pengambilan suara berdasarkan MPK kurang demokratis. Enggak semua siswa bisa memilih, jelas Cessna, yang waktu itu masih kelas II dan menjabat sebagai Wakil Ketua OSIS SMA 91.
Sistem yang baru ini mengadaptasi dari sistem pemilu yang dilakukan negara. Para siswa diberikan hak suara langsung buat memilih pengurus OSIS. Pelaksanaannya pun enggak jauh beda dengan sistem pemilu nasional. Buntutnya sistem seperti ini mendapat sambutan yang cukup antusias dari siswa-siswi SMA 91.
Menurut gue, pemilihan ketua OSIS pake cara ini lebih seru dan kreatif, kata Radi, salah satu siswa SMA 91.
Nah para siswa kelas II, sekaranglah saatnya melakukan sesuatu. Manfaatkan kesempatan yang sudah terbuka lebar dengan ide-ide baru. Perubahan yang dibikin nantinya enggak cuma berguna buat sekolah, tapi buat diri kita sendiri juga.
Langganan:
Postingan (Atom)